”Dengan sistem ini, para petani bisa mendapatkan hasil dua kali lipat dari biasanya. Bila dulu satu hektar sawah menghasilkan sekitar 4 – 5 ton beras, SRI bisa menghasilkan beras 6 sampai 8 ton per hektar sawah. Bahkan ada yang bisa mencapai 10 ton,” kisah Mubiar.
Sebelum sistem ini diterapkan di sawah petani, tahun 2002 , mubiar dibantu beberapa petani menanam padi dalam pot. Ternyata bisa, dan menghasilkan. Dari puluhan pot yang ditanami padi, semuanya bisa tumbuh sampai panen. Bahkan, lebih baik dari sawah. Ada satu pot yang menghasilkan sampai setengah kilogram padi!
Kelebihan menanam padi dalam pot, menurut Mubiar tidak perlu digenangi air. Selain itu, cara ini mengurangi perusakan hutan, karena masyarakat tak lagi perlu meninggalkan halamannya untuk masuk ke hutan mencari tanah subur guna membuat sawah atau ladang.
RAMAH LINGKUNGAN
Dikatakan Mubiar, sistem ini sangat ramah lingkungan dan murah. “Bertani memakai pupuk itu sudah kuno. Kita mengolah lahan sebagai bioreaktor atau membuat tanah menjadi pabrik pupuk. Semuanya itu sebenarnya sudah diajarkan oleh para leluhur kita,” ucap dosen Fakultas Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung ini.
Caranya, “Kita kembali menggunakan kompos dan MOL (Mikro Organisme Lokal. Red.) yang bisa dibuat sendiri dan berbiaya murah. ” Cara menanam padi pun berbeda dengan cara menanam yang ada sekarang. Bibit padi cukup diletakkan saja di tanah yang sudah dicampur kompos. Umurnya hanya 5 hari, bukan 20 hari seperti sekarang. Dengan begitu, petani hanya membutuhkan 3 kilogram bibit per hektar, bukan 30 kilogram seperti sekarang.
Dari satu butir bibit padi, lanjut Mubiar, bisa tumbuh menjadi sekitar 100 batang padi. ”Bila rumpun padi banyak, tentu akan lebih banyak beras yang bisa dihasilkan petani,” kata Mubiar yang menyebut menggenangi sawah dengan air sebagai suatu kesalahan. ”Air yang menggenang akan membuat mikro organisme mati, calon anakan padi pun bisa busuk. Semua ini berpengaruh terhadap produksi panen,” paparnya.
Kompos yang digunakan dalam sistem tanam SRI, lanjut Mubiar, membuat petani tak perlu memakai pupuk. “Saya memainkan bioreaktor tanah yang bisa diaktifkan oleh kompos, bukan dengan pupuk yang ada sekarang. Bila hal ini sudah diterapkan, tak ada lagi pabrik-pabrik pupuk besar. Sebab, di bawah tanah sudah ada pabrik-pabrik pupuk kecil yang sedang bekerja.”
Menurut Mubiar, kompos bukanlah pupuk. “Kompos hanya dipakai untuk menyediakan ruang untuk air, mikroba, dan akar tanaman. Tanaman pun dapat tumbuh dengan baik karena tanah didukung mikroba yang bisa menyediakan kebutuhan tanaman.”
Imbas positif penggunaan kompos, “Tak ada lagi sampah dapur atau jerami yang dibakar dan menimbulkan polusi. Semuanya dikumpulkan dan dibuat menjadi kompos atau MOL. Harga jual hasil penanaman dengan SRI juga lebih tinggi, pasalnya bisa disebut sebagai tanaman organik. Hasil produksi dengan SRI jelas organik, namun yang dibilang organik belum tentu menggunakan SRI,” kata suami dari Mintarsih ini.
CARA MENANAM PADI DALAM POT:
Pertama, pilih benih padi yang bagus, jenisnya terserah, bisa Sintanur atau apa saja. Cara memilih benih yang bagus secara praktis yaitu dengan memasukan benih kedalam gelas berisi air garam (garamnya secukupnya saja). Benih yang mengapung adalah benih yang kurang baik, sedangkan benih yang tenggelam adalah benih yang baik.
Kedua, rendam dulu benih-benih tersebut dalam air tawar barang 1 (satu) hari, untuk melunakkan kulit biji benih.
Ketiga, cari wadah, bisa besek bambu atau pipiti. Masukan tanah campur kompos (buatan sendiri) ke dalam besek tadi. Tanahnya 1 bagian, komposnya 2 bagian, aduk sampai rata, basahi dengan MOL yang telah diencerkan. MOL-nya 1 bagian, airnya 15 bagian.
Keempat, tebarkan benih-benih yang telah direndam tersebut ke permukaan tanah kompos dalam besek. Biarkan benih-benih ini tumbuh. Hari kedua dan ketiga nampak akar kecambah mulai muncul, warnanya putih. Hari keenam dan ketujuh mulai tumbuh menjadi bibit padi dengan daun 2 lembar kecil-kecil.
Kelima, siapkan ember bekas atau pot ukuran besar. Isikan penuh kedalam pot ini campuran tanah dan kompos, siram dengan MOL seperti langkah ketiga. Cukup becek-becek kering, atau macak-macak. Jangan basah dengan air menggenang.
Keenam, pada hari kedelapan, pilih salah satu bibit terbaik (satu saja!), ambil hati-hati dengan pinset supaya akar-akarnya tidak potong, lalu pindahkan ke pot yang telah kita siapkan. Cara menanam bibit dalam pot ini tidak ditanam “dalam-dalam” ke dalam tanahnya, tetapi cukup ditaruh dipermukaannya saja dengan hati-hati. Sisa bibit yang lain dalam besek bisa ditanam dalam pot-pot lain.
Ketujuh, tiap hari dirawat. Bila ada rumput liar harus dicabut. Tiap 3 hari siram dengan MOL yang telah diencerkan, jangan terlalu becek. Tanah diaduk pelan-pelan agar udara bisa masuk. Hati-hati bila mengaduk tanah, jaga jangan sampai alat aduk mengenai akar padi muda ini.
Kedelapan, dan seterusnya, lakukan perawatan dengan cara yang sama. Bila cara perawatan benar, maka bibit padi yang asalnya hanya satu, telah beranak pinak menjadi sekitar 100 (seratus) batang padi yang masing-masing penuh dengan bulir padi. Dalam waktu 3-4 bulan bulir-bulir padi bisa dipanen (tergantung dari jenis padinya).
Berapa hasilnya? Ketika saya panen padi dalam pot pada tahun 2006 yang lalu, saya coba timbang. Hasilnya dalam 1 pot mencapai 1 ons (tradisional), atau 0,1 kg, atau 100 gram padi kering panen atau gabah kering panen (GKP).
Berapa kalau diekstrapolasi sampai seluas 1 hektar? Jarak tanam padi model SRI ini umumnya 30 cm. Jadi dalam 1 meter persegi kurang lebih sebanyak 10 batang padi yang ditanam satu-satu, bukan serumpun-serumpun. Luas 1 hektar sawah sama dengan 10.000 meter persegi, jadi jumlah padinya sama dengan 100.000 batang. Total panen padi sama dengan 100 gram dikalikan 100.000 batang padi, sama dengan 10.000.000 gram atau 10.000 kg atau 10 ton gabah kering panen (GKP), atau sekitar 7,5 ton gabah kering giling (GKG), atau 5 ton beras organik yang sehat karena tanpa pupuk kimia.
M-BIO,TEKNOLOGI PERTANIAN DARI UNSIL
Pembuatan pupuk organik dengan mengaplikasikan teknologi “polybag”, ditemukan Prof. Dr. Rudi Priyadi, sejak 1996 lalu. Temuan itu melalui proses panjang, mulai dari uji lab hingga uji lapangan beberapa kali.
Bahkan, Prof. Rudi mesti terbang ke Thailand untuk mendiskusikan temuan ini dengan para pakar internasional dalam bidang pertanian organik. Penerapannya, memanfaatkan bahan organik yang bisa dijadikan pupuk bagi pertumbuhan tanaman.
Menurut guru besar bidang pertanian ini, pembuatannya sedikit berbeda dengan pembuatan kompos yang biasanya memakan waktu dua bulan. Pupuk ini hanya membutuhkan waktu seminggu. Caranya, hanya membuat pupuk organik dengan cara fermentasi (porasi) dengan aplikasi teknologi “polybag”. Porasi ini, dibuat dari sampah, jerami, kotoran hewan, dan hijau-hijauan daun. Semua bahan difermentasi oleh mikroba, mikroorganisme tertentu, dalam hal ini digunakan mikroba dari kultur “polybag” selama seminggu. Mikroba yang terdapat dalam “polybag”, yaitu Lactobacillus sp, selubizing phosphate bacteria, yeast, dan azosprillium.
Mikroba itu, mampu memfermentasikan bahan organik dalam waktu cepat dan menghasilkan senyawa organik, seperti protein, gula, asam laktat, asam amino, alkohol, dan vitamin. Contoh produk terkenal yang dihasilkan proses semacam itu, seperti dalam makanan yang difermentasikan, yaitu tauco dari kedelai, saus kedelai, dan lainnya. Porasi yang dihasilkan bisa padat dan juga cair.
Padat, contohnya dedaunan dikumpulkan, lalu diberi cairan “polybag”. Setelah itu, diolah atau dibolak-balik. Selama seminggu, dedaunan itu akan menjadi pupuk yang bisa menyuburkan tanah dan tumbuhan.
Selain itu, dalam bentuk cair adalah dedaunan hijau, dimasukkan dalam air dalam jumlah banyak. Misalkan, ditabur “polybag” dan diaduk-aduk. Dalam waktu seminggu, cairan itu akan menjadi pupuk untuk disemprotkan.
Dengan Teknologi ini diharapkan mampu membuka jalan bagi kiprah Unsil dalam pembangunan sektor pertanian. M-Bio diharapkan akan memperkuat ketahanan pangan di Indonesia. Sebagai contoh, padi yang menggunakan cara ini menghasilkan panen mencapai 9 ton/hektare atau naik 100 persen. Saat digunakan memupuk cabai dan mentimun hasilnya juga melimpah. Bahkan, mereka mengembangkan padi dengan ditanam di polybag atau ember bekas. Caranya, yaitu timbunan tanah 70 persen, lalu dimasukkan pupuk organik 30 persennya. Setelah itu, pupuk organik dicampur M-Bio hingga akhirnya media tanah itu menjadi subur. Tanah tersebut untuk waktu tertentu disiram menggunakan pupuk cair, yang juga difermentasikan dengan M-Bio.
BAHAN-BAHAN:
1. Polybag/Plastik berdiameter 30-40 cm, tinggi 50 (bekas plastik ikan).
2. Tanah; Dari sawah, tegalan, kolam, sekitar pekarangan dll. (dilumpurkan)
3. Porasi Padat dan Cair M-Bio. (Porasi; pupuk organik hasil permentasi)
4. Bibit Padi/Benih.
Cara :
Media tanam; Tanah yang dilumpurkan dan pupuk porasi padat diaduk secara merata dengan perbandingan 70% tanah, 30% porasi, atau 60% – 40%, tergantung tingkat kesuburan tanah, Masukan ke dalam polybag/Plastik bekas ikan jangan diberi lubang dengan tinggi 30-40 cm. (khusus plastik bekas ikan, bawahnya diikat dengan tali, supaya media tanam nanti setelah panen bisa dibalikkan/memindahkan ikatan, untuk dipakai lagi).
Sebelum menanam, kita harus menyemai dahulu bibit padi ke dalam besek/wadah dengan media campuran porasi padat dan tanah halus/pasir perbandingan 1 : 1, secukupnya. Sebelum menjadi benih padi bibit padi direndam dulu oleh larutan M-Bio dengan kosentrasi 5% selama lebih kurang 1 jam.
Benih padi setelah keluar tunas kira-kira usia 5 hari dan tinggi lebih kurang 5 cm, satu helai/biji benih padi baru dipindahkan ke dalam polybag,
Cara penanaman benih padi di polybag akarnya jangan dimasukan terlalu dalam atau cukup menempel ditanah lumpur.
Pemupukan memakai porasi cair M-Bio, kalau benih padi masih kecil bisa 3-4 hari sekali, baru setelah agak besar 2 hari sekali, dan pada saat anakkan harus lebih sering, karena pada saat anakkan padi banyak memerlukan pupuk/masukan yang bergizi, sama seperti halnya ibu yang sedang hamil. Baru setelah padi menguning, kira-kira 15 hari sebelum panen pemupukkan dihentikan.
MIKROBA TANAH
Tanah adalah habitat yang sangat kaya akan keragaman mikroorganisme seperti bakteri, aktinomicetes, fungi, protozoa, alga dan virus. Tanah-tanah pertanian yang subur mengandung lebih dari 100 juta mikroba per gram tanah. Produktivitas dan daya dukung tanah tergantung pada aktivitas mikroba-mikroba tersebut. Sebagian besar mikroba tanah memiliki peranan yang menguntungan bagi pertanian. Mikroba tanah antara lain berperan dalam mendegradasi limbah-limbah organik pertanian, re-cycling hara tanaman, fiksasi biologis nitrogen dari udara, pelarutan fosfat, merangsang pertumbuhan tanaman, biokontrol patogen tanaman, membantu penyerapan unsur hara tanaman, dan membentuk simbiosis menguntungan ( Isroi, 2008).
Tiga unsur hara penting tanaman, yaitu Nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K) seluruhnya melibatkan aktivitas mikroba tanah. Hara N sebenarnya tersedia melimpah di udara. Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tidak dapat langsung diserap oleh tanaman. Tidak ada satupun tanaman yang dapat menyerap N dari udara. N harus difiksasi/ditambat oleh mikroba tanah dan diubah bentuknya menjadi tersedia bagi tanaman. Mikroba penambat N ada yang bersimbiosis dengan tanaman dan ada pula yang hidup bebas di sekitar perakaran tanaman.
Mikroba tanah lain yang berperan di dalam penyediaan unsur hara tanaman adalah mikroba pelarut fosfat (P) dan kalium (K). Tanah-tanah yang lama diberi pupuk superfosfat (TSP/SP 36) umumnya kandungan P-nya cukup tinggi (jenuh). Namun, hara P ini sedikit/tidak tersedia bagi tanaman, karena terikat pada mineral liat tanah yang sukar larut. Di sinilah peranan mikroba pelarut P. Mikroba ini akan melepaskan ikatan P dari mineral liat tanah dan menyediakannya bagi tanaman. Banyak sekali mikroba yang mampu melarutkan P, antara lain: Aspergillus sp, Penicillium sp, Zerowilia lipolitika, Pseudomonas sp. Mikroba yang berkemampuan tinggi melarutkan P, umumnya juga berkemampuan tinggi dalam melarutkan K.
Isroi ( 2008 ) mengatakan bahwa beberapa mikroba tanah juga mampu menghasilkan hormon tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hormon yang dihasilkan oleh mikroba akan diserap oleh tanaman sehingga tanaman akan tumbuh lebih cepat atau lebih besar. Kelompok mikroba yang mampu menghasilkan hormon tanaman, antara lain: Pseudomonas sp dan Azotobacter sp.
Mikroba-mikroba tanah yang bermanfaat untuk melarutkan unsur hara, membantu penyerapan unsur hara, maupun merangsang pertumbuhan tanaman diformulasikan dalam bahan pembawa khusus dan digunakan sebagai biofertilizer untuk pertanian organik.
0 komentar Blogger 0 Facebook
Posting Komentar